Jumat, 05 Juli 2019

GUS KELIK KRAPYAK


Di Sukai Semua Orang

Kabar duka menyelimuti Ponpes Krapyak, DI. Yogyakarta. Lantaran Kyai yang dikenal dengan sapaan “Gus Kelik” dikabarkan sekitar pukul 22.00 WIB telah dipanggil ke pangkuan Rahmatullah Ta’ala.

Banyak kenangan yang tiada pernah bisa terlupakan bagi setiap orang yang pernah bertemu dan berkenalan dengan beliau. Bagi santri, bagi alumni, bagi jama'ah dan bagi segenap warga masyarakat.

Kiranya sekitar 3 tahunan saya pernah berkhidmat di Ponpes Ali Maksum krapyak jogja. Ada beberapa hal yang masih terngiang dengan sosok Almarhum Gus Kelik di ingatan saya.

Pertama, sewaktu saya (Habib Muhsin Basyaiban) menjadi pembimbing atau pembina santri. Waktu itu selepas liburan panjang pondok (Hari Raya Ied Fitri), banyak santri yang masih pulang, dan suasana pondok pun masih terlihat sangat sepi. Kebetulan saat itu, saya baru tiba dipondok pada watku malam. Setahu saya tak ada satu pun santri atau pembimbing yang tau kalau saya sudah tiba di pondok.

Namun, pada waktu paginya tiba-tiba ada suara klakson motor yang berbunyi begitu kencang. Kalau para santri atau pembimbing itu sudah mafhum siapa yang membunyikan klakson motor seperti itu. Tidak lain yang membunyikan adalah Gus Kelik.
Maka serentak ada satu pembimbing yang menghampiri Gus Kelik.

Beliau menanyakan, “Panggilkan Muhsin?"

Kata teman saya yang pembimbing itu, “Muhsin masih dirumah Gus?”

“Panggilin saja di atas sana?” Kira-kira seperti itu percakapannya.

Maka tak dinyana, teman saya itu ke kamar saya. Agak kaget ketika melihat saya sedang duduk rebahan di kamar pembimbing lantai 2.

“Lho sudah datang to Sin?"

"Iya baru saja tadi malam"

"Itu dipanggil Gus Kelik.”

Saya pun segera ke bawah menemui Gus Kelik. Bersalaman meminta maaf, lalu Gus Kelik berkata kepada saya, “Lebaran hari apa?” dan menayakan kabar.

Saat itu memang di Negara kita lebarannya kurang akur, jadi kadang menjadi bahan pembicaraan atau guyonan.
Masya Allah, yang ada dibenak saya ketika itu kok bisa-bisanya ya Gus Kelik tau kalau saya sudah datang?

* * *

Pernah suatu waktu, pas Diba-an, seorang Kyai yang mengisi mauidhoh hasanah menceritakan kisahnya dengan Gus Kelik. Kyai tersebut menceritakan tentang lebih utama mana Sholat Jum'at dengan menolong orang kecelakaan?

Dikisahkan, dahulu zaman Kyai itu masih nyantri di Krapyak, saat itu hari Jum'at dan mendekati tiba waktu sholat Jum'at. Kyai itu diajak Gus Kelik ke Plengkung Gading (Krapyak ke Utara, dekat Alun-alun Kidul).

Kyai tersebut was-was dan ngendika kalau ini sudah mendekati sholat Jum'at. Namun Gus Kelik ngendika untuk menunggu sebentar. Setiap kali Kyai tadi ngendika kayak tadi, maka Gus Kelik ngendika untuk menunggu.

Tiba-tiba tanpa aba-aba di depan beliau berdua ada kecelakan dan keadaan jalan lengang karena sedang Sholat Jum'at. Beliau berdua pun lalu menolong yang kecelakaan tadi.
Kyai itu pun pada akhirnya paham yang dimaksud Gus Kelik.

* * *

Kedekatan dengan Gus Kelik adalah kebahagiaan tersendiri ketika beliau  sering datang ke kontrakan saya.

Pada suatu malam selepas isya, Gus Kelik datang ke kontrakan saya dengan mengendarai mobil ditemani sopirnya yang tak lain adalah kawan saya sejak satu kelas di jurusan Akidah Filsafat IAIN (sekarang UIN) SUKA 1992. Dialah Kang Faisol asal Lumajang, pemenang lomba lawak di tingkat OSPEK.

Sebagaimana biasa, Gus Kelik leyeh2 sembari mengisap Dji Sam Soe.

“Enak nggih Pak Kus, Sam Soe,” kata beliau.

Saya menimpali, “Sip, Gus.”

Penglihatan Gus Kelik tiba2 tertuju ke HP yang saya pegang, HP yang belum lama saya beli seharga 300.000.

“HPne Pak Kus kangge kulo mawon nggeh?” kata Gus Kelik.

Kang Faisol menimpali, “Ampun Mbah Yik, ntar Cak Kus gak punya HP.”

Sebenarnya eman juga saya terhadap HP itu. Seumur-umur belum pernah ada orang yang minta HP pada saya. Dengan keikhlasan yang saya maksimalkan karena saya yakin bahwa tak mungkin Gus Kelik minta sesuatu kepada saya kecuali untuk kemaslahatan saya, maka dengan sikap tegas saya katakan:

“Sip, monggo Gus, halal.”

Apa sesungguhnya makna yang terkandung di balik permintaan Gus Kelik tadi?

Keyakinan saya ternyata betul. Keesokan harinya dari Gus Kelik minta HP itu, ada dua orang yang belum saya kenal datang ke kontrakan saya. Mereka berdua menemui saya atas rekomendasi seorang teman yang sudah lama tidak ketemu saya. Mungkin karena merasa cocok atau nyaman dengan saya, dua orang tadi ngasih saya fulus 600.000.

Di telinga saya makin berdenyar-denyar suara Gus Kelik:

“HPne Pak Kus kangge kulo mawon nggeh?”

Haha, hati saya melonjak-lonjak dengan girang: “Seandainya Gus Kelik sering-sering minta…”

* * *

Dalam pandangan byk orang, Gus Kelik adalah termasuk golongan para wali Allah. Hal ini terbukti sejak lahir, ia telah memperlihatkan keanehan yang tidak dilakukan kebanyakan kalangan, bahkan cenderung dianggap sebagai di luar nalar.

Seingat saya, KH. R. Hafidz Abdul Qodir bercerita bahwa Mbah Ali Maksum pernah meminta doa kepada  waliyulloh Mbah Hamid Pasuruan untuk Gus Kelik agar bisa hidup layaknya orang normal. Ternyata Mbah Hamid justru memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang tidak harus diambil pusing.

“Tidak apa-apa, tambah aku yang jaluk (minta) doa neng Gus Rifqi,” kata Mbah hamid kala itu.

Semenjak itulah KH. Ali  Maksum sayang kepada Gus Kelik, bahkan sampai berwasiat kepada keluarga “Jaga Rifqi, insya Allah masuk surga yang merawatnya.”

* * *

Gus Kelik adalah salah seorang yang menjaga husnuz zhan (baik sangka) banyak orang terhadap NU. Berkat Gus Kelik itu, hingga hari ini banyak orang masih percaya terhadap NU kata Gus Yahya Cholil Rembang jateng.

“Ketika Gus Kelik wafat, orang-orang banyak saling berdebat sendiri-sendiri tentang persoalan, Gus Kelik itu wali atau bukan. Ada yang yakin kalau Gus Kelik itu wali. Karena berkat khoriqul adah, tidak seperti orang pada umumnya. Kalau khoriqul adah ya wali. Ada yang bantah lagi, wali kok kayak gitu?” ujar Gus Yahya.

Kalau Gus Kelik, lanjut Gus Yahya itu sudah tidak saya pikir lagi, entah wali entah tidak. Tidak saya pikir.

“Hanya yang saya ingat itu, coba ingat njenengan-njenengan yang bergaul dengan Gus Kelik ketika hidup, kok tidak ada orang yang benci terhadapnya. Itu kok tidak ada.
Padahal orang itu, sebaik apa pun itu, di mana-mana ada saja yang benci. Tidak ada orang senyleneh Gus Kelik, tapi banyak yang suka,” 

Coba yang hadir ini, lanjut Gus Yahya, bawalah mobil lalu beli bensin setengah liter di penjual eceran. Pasti njenengan dimarah-marahi sama penjualnya.

“Lha kalau Gus Kelik ini, nggak itu. Gus Kelik bawa mobil, beli bensin setengah liter di penjual eceran, ya dikasih. Penjualnya juga tidak marah. Itu kejadian benar, di Mangkuyudan,” cerita Gus Yahya yang sekali lagi disambut tawa para hadirin.

Malahan, kata Gus Yahya, yang kelihatan dengan sangat, banyak orang yang suka terhadap Gus Kelik. Lha orang segini banyaknya yang hadir ini, kan pada suka sama Gus Kelik. Ini kelihatan dengan sangat. Maka, saya yakin bahwa Gus Kelik itu bagian dari orang-orang saleh.

“Allah itu sudah janji, kalau ada hambanya yang saleh, maka Ia akan memberikan mahabbah kepadanya. Gus Kelik itu tidak usah mencari-cari cara, otomatis orang-orang itu pada suka. Kalau yang lainnya kan pada tebar pesona semuanya. Ada yang pencitraan. Gus Kelik itu tidak pernah seperti itu. Tidak pernah berpura-pura baik dengan orang itu tidak pernah,” ungkap Gus Yahya.

Apa pernah Gus Kelik itu, lanjut Gus Yahya, membagi-bagikan buku kepada tukang becak? Tidak pernah. Nyisir rambut saja tidak pernah. Lha kayak gitu kok  banyak orang yang suka. Ya entah bagaimana, kok bisa suka itu entah bagaimana.

“Kalau dipikir-pikir, sukanya sama Gus Kelik itu apanya juga tidak jelas kok. Tapi kok yang suka dengan Gus Kelik banyak,” tandas Gus Yahya.

Sumber: kesaksian dari beberapa santri, alumni dan jamaah pesantren krapyak