Kamis, 20 Juni 2019

NUSWANTARA MENGGAPAI JALANNYA



Nuswantara mengapai jalannya 🇲🇨🇲🇨

Di pendopo agung Keraton Singosari, tiga prajurit utusan Kubilai Khan meminta kerajaan-kerajaan di Jawa takluk dan membayar upeti. Saat itu, ketangguhan pasukan berkuda Mongol tidak tertandingi. Konon, mendengar namanya saja para raja gemetar ketakutan.

Prabu Kertanegara tahu hal ini. Raja Singosari ini juga tahu akibatnya jika menolak permintaan Kubilai Khan. Tapi dia tahu kedaulatan dan harga diri memang harus dijaga dengan darah dan nyawa. Seluruh pendopo pun hening, terdiam menunggu keputusan sang raja.

Raja gagah keturunan Ken Arok itu berjalan mendekati utusan Mongol yang sombong. Mereka jumawa, merasa tidak pernah terkalahkan di kolong langit.

Dengan ringan, Kertanegara mencabut keris pusaka Singosari dari warangkanya. Lebih cepat dari kilat, keris itu menebas telinga Meng Ki, salah satu utusan Negeri Mongol. Ini jawaban Kertanegara atas penghinaan Mongol.

Tanpa bicara, kerisnya sudah bicara. Singosari menolak tunduk pada Mongol. Rakyat Singosari tidak gentar pada tentara Mongol yang katanya tidak terkalahkan. Silakan datang, maka seluruh ksatria Singosari akan melawan.

Siapa sangka jika adegan di abad ke-13 itu turut menentukan alur berdirinya bangsa Indonesia. Jika saat itu, Kertanegara memilih tetap menyarungkan kerisnya, mungkin sejarah Indonesia akan lain. Mungkin Majapahit sebagai penerus Singosari tidak akan pernah berdiri. Tidak akan ada kisah Hayam Wuruk serta Gajah Mada dan Sumpah Palapa. Tapi hari itu adalah takdir, sudah menjadi keinginan yang Kuasa Kertanegara mencabut kerisnya.

Rahayu 💕

Foto :
Keris/betok Jalak sangu tumpeng, Singosari