Kamis, 20 Juni 2019
SIAPA YANG SEBENARNYA GILA?
Siapa yang gila sebenarnya ?
Seorang “guru spiritual” telah mendidik tiga murid beberapa tahun. Kini saatnya menguji kemajuan kesadaran mereka. Maka dipanggilnya ketiga murid menghadap.
Sebuah “batu” diletakan dihadap mereka, dan diminta untuk memaknai nilai batu yang ada didepan mereka. Mereka tidak perlu meguraikan hasil penilaian mereka dengan kata-kata. Cukup berpikir dalam hati, dan guru dapat membaca pikiran mereka.
Murid pertama berpikir ; apa gunanya batu.? Batu tidak bisa untuk dimakan. Tidak ada nilainya sama sekali. Apa gunanya kami disuruh belajar menilai batu ? mungkin guru sudah mulai gila. Tapi kalau untuk melempari orang ya batu itu berguna !. Demikian tingkat pemikiran dari murid pertama. Pemikiran yang dangkal bahkan cenderung negatif
Murid kedua berpikir ; batu sebenarnya sangat berguna, batu dapat digunakan untuk membangun jalan, dinding rumah dan sebagainya. Ini adalah tingkat pemikiran orang awam.
Murid ketiga berpikir ; ah… "batu" dapat diubah menjadi "emas" ! .
Dari batu yang sama terdapat tiga pemikiran yang berbeda. Apa yang menyebabkan pemikiran dan penilaian yang berbeda ?
Apakah batu tersebut yang menyebabkan adanya tiga perbedaan penilaian ? tetapi yang diletakkan guru hanya satu batu. Ternyata perbedaan penilaian itu disebabkan kualitas pemikiran dari murid tersebut.
Guru telah mengetahui perkembangan kesadaran muridnya. Dan menyatakan murid ke tiga telah menguasai ilmunya.
Murid yg ketiga tersebut telah mencapai tingkat spiritual dan telah dapat memasuki Arus kesadarannya dan melampau tingkat pemikiran logika awam.
Apakah pemikiran tingkat spiritual adalah tingkat pemikiran yang serba aneh, dan tidak logis ?
Bagaimana “batu” dapat diubah menjadi “emas”?
Dalam tingkat pemikiran awam justru murid ketiga akan dianggap sudah mulai gila.
Mengubah “batu” menjadi “Emas” adalah sebuah kalimat perumpaan untuk sebuah ilmu yang disebut “Alkimia”.
Dimana “ batu”;- melambangkan sesuatu yang mendasar, belum bernilai bahkan yang bersifat negative. Dapat diubah menjadi “Emas” ; -sesuatu yang lebih berbentuk, lebih bernilai dan berharga serta memiliki kualitas yang lebih baik.
Tujuan pembelajaran spiritual kepada guru spiritual bukan untuk memahami ilmu fisik (batu) tersebut. Tetapi mendapatkan suatu ilmu non fisik yg memasuki arus kesadaran yg memahami proses, bagaimana alam berproses mengubah energi seperti mengubah energi marah, stess, kecewa,dll (batu) menjadi energi yang menghasilkan dan sukses (emas).
Ilmu untuk merubah suatu zat menjadi zat lain disebut ilmu kimia.
Ilmu merubah sifat "batu" jadi "emas" ; yang merubah sifat-sifat dan prilaku manusia, baik yang negative (ego,marah,iri,stess,kecewa, kecemasan,kritis) maupun yang mendasar (rasa cinta, senang,puas,pujian, ketenaran) menjadi kesuksesan, dan kebahagiaan ini disebut ilmu alkimia .
Ini hanya dapat dilakukan jika seseorang telah membebaskan diri dari mekanika logika memaknai hidup, melampaui logikanya, tapi ia telah menjadi arus kesadaran itu sendiri yg yg memahami bagaimana alam berproses dan mengikuti sifat alam berproses dapat mengubah dan memanipulasi energi dari satu bentuk ke bentuk lain..
Ini adalah fungsi kesadarandalam diri setiap orang.
Harus ada keluasan kesadaran yg dapat menerima dulu energi kasar bahkan yg negatif pun.
Harus ada kesadaran melihat proses dan dapat melakukan urutan proses mengubah yg kasar menjadi halus
Harus ada kemuliaan kesadaran menjadikan yg hina menjadi mulia..
Dan oleh kesadaran "batu berhala" dapat menjadi "batu mulia"
Hanya dengan ini dapat mengubah dunia..
Untuk mempelajari ilmu ini sungguh tdk mudah. Siap-siap dianggap gila.
Tapi bagaimanapun murid ketiga ini tidak gila. Ia dapat mengumpulkan sebanyak mungkin batu dan memperdagangkan kepada yang membutuhkan batu, lantas uang yang didapat dapat membeli emas.
Bukankah itu masuk logika juga !
Bahkan oleh kesadaran yg sedemikian luas dan jernih dan dalam menyadari, hingga dalam sebuah batu ia dapat melihat kehadiran Tuhan..
Menghormati sebagai lambang kehadiran Tuhan hingga di setiap demensi, sudut dan berada dimana mana, tiada satu tempat tiada kehadiranNya.
Sementara yg berkonsep berhala batu, demi tegak kebenaran logikanya memusuhi batu dan memusuhi manusia yg menghormati batu, menganggap dirinya yg paling benar ber-Tuhan ( ber-agama )
Siapa yg gila sebenarnya?
By : Kesadaran