Minggu, 15 September 2019

AJARAN KEJAWEN

Dahulu sebelum ada agama Hindu, Budha, Kristen dan Islam disini sudah ada agama.

Kejawen/Kapitayan = Kepercayaan ASLI Manusia Jawa/Nusantara. Karena leluhur kita ini SUDAH SADAR DIRI, jauh sebelum ajaran agama samawi hadir di Nusantara. Para beliau merasa bahwa KEYAKINAN itu adalah untuk DIPERCAYA dan DILAKUKAN ajarannya, dan bukannya menjadi bahan perdebatan atau malah dicarikan eksistensinya.

Itulah alasan kenapa ajaran KEJAWEN tidak perlu di deklarasikan menjadi AGAMA. Masyarakat Jawa yang cair (ramah dan santun), juga menerima dengan baik ajaran agama yang dibawa oleh kaum migran (Hindu, Budha, Islam, Nasrani dan lainnya) selama mempunyai konteks yang sama dengan ujung MONOTHEISME (Tuhan yang satu). Sebab inilah banyak agama yang dibawa kaum migran banyak memilih basis dakwahnya dari tanah Jawa.

Ironisnya KEJAWEN sebagai tuan rumah pernah di tekan hebat oleh para tamunya …. ketika jaman Kerajaan Kadhiri …. agama HINDU yang mampu merangkul penguasa menekan golongan Kejawen harus naik ke atas2 gunung Klothok dan gunung Wilis (artefak peninggalan KEJAWEN banyak tersebar disana sebagian di bawa kaum penjajah ke Leiden dan berkembang menjadi aliran kepercayaan HASOKO JOWO yang justru bermarkas di Leiden sana). Jaman Tumapel … kejadiannya sama, agama HINDU-BUDHA menekan hebat kelompok ini hingga mengungsi ke pesisir selatan tanah Jawa. Jaman Demak, agama ISLAM yang melakukan penetrasi bahkan hingga sekarang. Jaman Kolonoial, agama NASRANI mendapat tempat elite di sosial kemasyarakatan dan lainnya. Jika anda mau tanya seberapa ramah dan besarnya pengorbanan suatu peradaban menerima perobahan …. Itu hanya milik peradaban JAWA di Nusantara.

Andai saja mereka bersikokoh pada yakinnya dan mengabaikan nilai universal yang dipahaminya, saya amat yakin bahwa TIDAK AKAN PERNAH ADA AJARAN AGAMA IMPORT SEDEMIKIAN MUDAHNYA MASUK DI TANAH JAWA INI. Justru yang belum yakin …. itulah yang bertanya …. dan kearifan tanah ini menjawab dengan bahasa semesta. Ketika BUDHA dipahami dari sudut pandang Jawa, kita memiliki Borobudur yang dikagumi seluruh dunia dan dijadikan tempat pendidikan kelas dunia di eranya, hal yang sama terjadi dengan HINDU dengan candi Prambanan dan masyarakat Balinya. ISLAM dengan pendekatan kebudayaan telah menjadikan Walisongo sebagai ulama Asia Tenggara dan lainnya. Namun ketika semua dijalankan kaku harus seperti aslinya dimana agama samawi itu turun, maka terjadilah benturan yang nyata.

Karena ada ORANG yang menganggap adalah SEMPURNA bila agama dijalankan senafas dengan adat dimana diturunkan. JAWABANNYA ADALAH SALAH BESAR, karena tata nilai agama bersifat universal, sedangkan adat dianugrahkan pada suatu komunitas dan kekhususan lokasi.

Jadi jangan mimpi untuk membawa adat INDIA atau TIMUR TENGAH diatas tanah adat bernama JAWA/Nusantara ini, sebab getaran semestanya akan melawan dengan hebat. Karena TUHAN bisa disembah dengan berjuta cara dan berjuta bahasa, mengapa KALIAN MAHLUKNYA BERANI MENGKERDILKAN KEPERKASAANNYA DENGAN MENGATAKAN TUHAN HANYA PAHAM BAHASA DAN CARAMU SAJA ???by Jamus