Selasa, 09 Juli 2019

PERTAPA DAN PELACUR


Seorang pertapa tinggal di asrama, tepat di depan asrama itu ada rumah bordil di mana tinggal seorang pelacur.

Setiap hari saat si pertapa mau melakukan meditasi, dia melihat rumah bordil itu sambil merenungkan perbuatan memalukan yang berlangsung di kamar si pelacur itu dengan rasa penuh kebencian.

Sementara si pelacur sendiri setiap hari melihat praktek meditasi sang pertapa. Dia berpikir betapa indahnya hidup sang pertapa yang demikian suci. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena mempercayai kehidupan jadi pelacur adalah suratan nasibnya.

Alkisah, sang pertapa dan si pelacur itu mati di hari yang sama. Berdiri mereka berdua di hadapan Tuhan.

Tuhan mencela sang pertapa, "Ragamu dibaktikan untuk kehidupan suci, tapi pikiran dan hatimu dipenuhi penilaian jahat dan kebencian."

Sebaliknya, Tuhan memuji si pelacur, "Sementara tubuhmu melakukan tindakan-tindakan hina, tapi pikiran dan hatimu dipusatkan dalam kesucian doa dan meditasi pertapa ini."

Moral of story:
Janganlah merasa paling suci dan benar sendiri. Kebajikan bukanlah jubah yang engkau kenakan atau gelar yang engkau terima untuk dipamerkan ke orang lain.

#ChingNingChu #contemplation