Jumat, 14 Juni 2019

SUFI

Sufi

Perjalanan Sufi adalah perjalanan kekasih kembali ke pelukan Kekasih, perjalanan cinta di mana kita "mati" sebagai ego sehingga kita bisa menjadi satu dengan-Nya. Itu jalan Hati. Semua praktik tersebut bertujuan melepaskan ego seseorang, yang dianggap sebagai penghalang terbesar bagi realisasi.

Sufisme bukanlah jalan monastik. Musafir sufi hidup di dunia batin dan juga berfungsi secara bertanggung jawab dalam masyarakat.

Meditasi Hati Sufi:
Perenungan akan Tuhan

Cinta tumbuh subur di hati yang bersinar Nama Tuhan. Cinta Tuhan adalah keharuman yang bahkan ribuan bungkusnya tidak bisa pegang. Atau seperti sungai yang tidak bisa dihentikan dalam perjalanannya. Temanku ada di dalam diriku, di temanku adalah aku - tidak ada pemisahan di antara kita. - Sultan Bahu

Inti dari meditasi sufi adalah menyadari Yang Ilahi setiap saat, sampai tidak ada lagi perasaan pemisahan antara meditasi, Tuhan, dan kehidupan sehari-hari. Ini disebut keesaan ( ekatmata ) —yaitu, penyatuan sepenuhnya dengan Yang Tercinta dan lenyapnya dualitas.

Dalam bahasa Arab, kata untuk meditasi adalah muraqabah (juga murakebe ), dan arti literalnya adalah untuk menjaga , menunggu atau melindungi .

Inti dari meditasi sufi ada dua:
pertahankan perhatian Anda terfokus pada Tuhan, dan bangunkan cinta di Hati Anda sehingga Anda bisa bergabung dengan Yang Tercinta;
awasi terus pikiran Anda sehingga tidak ada pikiran lain kecuali pikiran Allah yang memasuki pikiran.
Jadi ada yang mengawasi pikiran, memfokuskan pikiran pada Tuhan (ingatan akan Dia), dan kebangkitan cinta di dalam Hati.
Latihan ini dilakukan sebagai meditasi formal, dan juga harus diikuti selama semua momen dalam hari seseorang. Pikiran yang tidak relevan dianggap berbahaya, dan seseorang mengawasi pikiran untuk memastikan mereka tidak bertunas.

"Buat segala sesuatu di telinga kamu, setiap atom dari keberadaanmu, dan kamu akan mendengar setiap saat apa Sumber berbisik kepada kamu, hanya untuk kamu dan untuk kamu, tanpa perlu kata-kata saya atau orang lain." - Rumi